Mengidamkan kata Kreatif Dalam Diri

24 April 2009

Menjadi Kreatif Dan Produktif

Menjadi kreatif dan produktif pastilah merupakan impian semua eksperimenter. Untuk mencapai prestasi tersebut, pastilah diperlukan usaha keras. Pada dasarnya, yang berhak menilai prestasi seorang eksperimenter adalah masyarakat. Masyarakat cenderung melihat frekuensi keberhasilan mewujudkan ide untuk menilai produktivitas seorang eksperimenter. Sedangkan untuk menilai kreativitas eksperimenter, masyarakat cenderung melihat orisinalitas dan manfaat dari ide-ide yang berhasil diwujudkannya.

Tahap pertama yang harus dilakukan seorang penulis atau seorang eksperimenter / peneliti adalah menemukan gagasan atau ide tentang apa yang hendak ditulis atau diteliti. Sampai saat ini, saya belum pernah mendengar kabar kalau ada penulis atau peneliti yang berani mengatakan bahwa menemukan ide kreatif merupakan perkara yang mudah. Demikian juga, belum ada resep cespleng yang dapat digunakan setiap orang untuk menemukan ide cemerlang. Pengalaman masing-masing penulis atau peneliti dalam menemukan ide sangatlah beragam dan unik. Oleh karena itu, sangatlah sulit untuk membuat generalisasi yang dapat dipakai oleh semua orang pada semua kasus. Namun demikian, masih terdapat beberapa kesamaan yang setidaknya dapat dijadikan referensi untuk kita semua.

Setelah menemukan ide, tahap selanjutnya adalah mewujudkan ide tersebut. Pekerjaan paling berat dan sulit harus dilakukan pada tahap ini. Oleh karena itu kegagalan juga sering terjadi pada tahap realisasi ini.

Menyadari pentingnya dua tahapan di atas, maka saya mencoba untuk berbagi pengalaman tentang hal tersebut. Pengalaman saya ini sifatnya personal dan unik sehingga sangat mungkin tidak bisa ditiru atau dialami oleh orang lain. Walaupun demikian, pengalaman tersebut setidaknya dapat dijadikan sebagai bahan pembanding atau referensi terutama bagi para eksperimenter pemula. Untuk memperkaya khasanah kita, saya juga mengundang Anda para neter untuk menuliskan di forum ini tentang pengalaman Anda sebagai eksperimenter.

KRITERIA KREATIF

Kreatif tidak sama dengan waton bedo ( asal berbeda ). Menurut pendapat saya, suatu ide dapat dikatakan kreatif jika ide tersebut BARU ( singkatan dari Bermanfaat, Asli, Realistis, dan Unggul ) :

1. Bermanfaat

Ide bernilai tinggi hanya jika berpotensi memberi manfaat bagi banyak orang atau masyarakat luas dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Ide yang demikian, berpeluang besar untuk memberi keuntungan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun penemunya.

2. Asli

Ide bernilai tinggi jika benar-benar asli ( orisinil ) bukan tiruan, curian atau jiplakan dari ide orang lain. Selain itu juga bukan merupakan duplikasi tanpa sengaja dari ide orang lain yang sudah lebih dulu diwujudkan dan atau dipublikasikan

3. Realistis

Ide sederhana yang relatif mudah diwujudkan sering kali jauh lebih berharga daripada ide muluk-muluk yang hanya merupakan otopia belaka.

4. Unggul

Ide baru juga bernilai tinggi hanya jika mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan teknik yang sudah ada atau cara yang sudah biasa digunakan sebelumnya. Sebagai contoh : lebih murah, lebih praktis, lebih ringan, lebih hemat, lebih enak, lebih aman, dan segala kebaikan yang lainnya.

MENUMBUHKAN KREATIVITAS

Ide kreatif tidak jatuh begitu saja dari langit ketika orang lagi bengong seperti mendapat wangsit. Prinsipnya, barang siapa tidak menanam maka dia tidak akan memetik hasilnya. Bibit-bibit ide kreatif perlu ditanam, dipupuk, dan disirami dalam diri kita selama bertahun-tahun bahkan selama hidup. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk hal tersebut antara lain :

1. Banyak membaca

Pada prinsipnya, mencari ide bukanlah mencari sesuatu yang berada di luar diri kita. Mencari ide adalah mencari sesuatu yang sudah ada dalam pikiran kita. Dengan banyak membaca, kita mengisi pikiran dengan bahan-bahan berupa potongan-potongan informasi yang dapat dianalogikan seperti mengumpulkan potongan-potongan puzzel. Bila rangkaian potongan-potongan puzzel informasi tersebut telah lengkap atau setidaknya hampir lengkap, maka akan tampak sebuah gambar/bentuk yang memiliki makna cukup jelas yang dapat berupa ide kreatif. Adapun potongan-potongan puzzel yang belum ada, harus dilengkapi pada saat mewujudkan ide tersebut. Bacaan tidak harus berupa buku, tetapi bisa majalah, koran, atau artikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian di internet. Yang penting, isinya bermutu dan sesuai dengan kebutuhan dan minat kita. Semakin banyak informasi bermutu yang kita peroleh, berarti semakin banyak potongan puzzel yang kita kumpulkan. Hal itu berarti peluang untuk mendapatkan ide kreatif semakin besar. Selain itu juga sangat membantu upaya menghindari duplikasi ( secara tidak sengaja ) ide dari orang lain yang sudah diwujudkan dan atau dipublikasikan lebih dahulu.

2. Sering mengamati

Mengamati tidak sama dengan melihat. Mengamati adalah melihat dengan mata dan otak. Kebanyakan orang, kalau melihat sesuatu benda atau kejadian yang menarik akan berhenti pada melihat dan mengagumi saja. Seorang peneliti tidak hanya sampai di situ saja, tetapi kemudian berfikir bagaimana bisa, mengapa demikian, dan seterusnya. Latihan mengamati ini perlu dilakukan sebagai kebiasaan hidup dan bukan hanya dilakukan ketika hendak meneliti saja.

3. Sering berdiskusi

Berdiskusi dengan orang lain yang mempunyai minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang sama dengan kita sangat diperlukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan. Namun demikian, diperlukan juga diskusi dengan orang dengan minat, pengetahuan dan skill pada bidang yang lain agar kita memiliki pemahaman yang lebih komprehensif pada aspek-aspek yang melingkupi bidang yang kita minati. Format diskusi tidak perlu formal seperti seminar atau diskusi panel. Obrolan santai sambil minum kopi justru sering lebih efektif. Manfaat serupa juga dapat diperoleh dengan mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam forum-forum diskusi di internet.

4. Mendengar keluhan, kritik dan saran

Kalau kita bisa mendengar dan menyaring keluhan, kritik, dan saran dari orang lain, tidak jarang terdapat cikal bakal ide cemerlang yang tanpa sengaja mereka sampaikan kepada kita.

5. Mengagumi dan menikmati alam

Sesekali menikmati keindahan alam seperti gunung, sungai, danau, hutan atau laut sering memberikan banyak inspirasi.

6. Berfikir tidak mengikuti mainstream

Perlu belajar untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan yang dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang. Namun tidak asal berbeda, tapi memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara biasa. Menulis atau menikmati humor atau cerita lucu juga dapat membantu. Saya meyakini hal tersebut karena humor akan lucu kalau ada pembengkokan logika umum ( mainstream ) secara tiba-tiba dan tidak terduga.

7. Berdoa dan mohon petunjuk dari Sang Pencipta

Segala usaha manusia tidak akan ada hasilnya jika tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

MERALISASIKAN IDE

Setelah ide kreatif berhasil ditangkap, pekerjaan belum selesai. Pekerjaan besar justru baru dimulai setelah adanya ide kreatif tersebut. Thomas A. Edison mengatakan :”Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan”. Ibarat orang berjalan, mempunyai ide kreatif barulah merupakan langkah pertama dan masih ada 99 langkah selanjutnya yang harus dijalani jika mau sukses. Namun demikian, ide kreatif sangatlah penting karena tidak mungkin ada langkah ke-2 sampai langkah ke-100 jika tidak ada langkah pertama.

Untuk mewujudkan sebuah ide kreatif, perlu usaha keras pantang menyerah. Terutama untuk ide yang rumit, canggih, dan perlu biaya banyak. Adapun kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk melancarkan pekerjaan berat tersebut antara lain :

1. Membentuk team kerja

Untuk ide yang sederhana, dapat dikerjakan sendiri tanpa banyak hambatan. Sedangkan untuk ide yang rumit, canggih, dan perlu biaya besar, lebih bijaksana kalau dikerjakan oleh team. Prinsipnya musti win-win solution. Pembagian tugas selayaknya disertai dengan pembagian hasil yang adil. Jika perlu, gunakan konsultan ahli untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berada di luar kemampuan team. Pengetahuan dan ketrampilan dari masing-masing anggota team hendaknya beraneka macam sehingga saling melengkapi satu sama lain.

2. Membuat rencana kerja

Rencana kerja yang detail dan jelas akan membantu meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu dan sumber daya yang ada. Peran flowchart dan time table sangat membantu untuk menentukan alur tercepat jika ada beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan secara simultan.

3. Mencari dana

Tanpa dana yang cukup, pekerjaan tidak mungkin dapat dilakukan. Dana dapat bersumber dari kantong sendiri atau dari donatur ( sponsor ). Untuk meyakinkan donatur atau sponsor, musti ada dulu team kerja yang solid dan rencana kerja yang baik. Tanpa itu, tidak mungkin ada donatur atu sponsor yang bersedia mengucurkan dananya. Jika dana bersumber dari donatur atau sponsor, perlu diperhatikan perjanjian bagi hasil dan resiko yang adil dan transparan kecuali dana hibah. Hal itu untuk menghindari sengketa di kemudian hari.

4. Kerja keras

Supaya sukses, kita perlu kerja keras dengan mengerahkan segenap kemampuan secara 100 %. Jika tidak, maka kegagalan sudah menghadang di depan mata. Bagian ini sangat berat karena belum ada seorangpun yang berpengalaman membuat alat atau benda yang sedang kita kerjakan. Justru kitalah orang pertama yang akan memiliki pengalaman tersebut.

5. Menjaga semangat kerja

Menjaga agar tetap semangat dalam menghadapi berbagai kesulitan sangatlah penting. Sebelum dan selama bekerja, perlu ditanamkan keyakinan bahwa ide tersebut mungkin untuk diwujudkan. Harapan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jika proyek berhasil bukanlah hal yang tabu dan terbukti cukup kuat mempertahankan semangat kerja. Namun yang paling kuat adalah jika kita bisa menikmati pekerjaan tersebut tanpa memikirkan untung ruginya. Pesta kecil untuk merayakan keberhasilan ujicoba komponen atau bagian alat juga dapat membantu memelihara semangat kerja.

6. Evaluasi dan pengujian

Setelah melewati tahap-tahap tertentu yang sudah direncanakan, musti dilakukan evalusi proses dan hasil kerja untuk peningkatan mutu proses pada tahap berikutnya. Pengujian komponen alat juga harus dilakukan secara bertahap begitu komponen tersebut selesai. Dengan cara ini, kegagalan yang tidak perlu dan konyol dapat dicegah.

7. Mengasah gergaji

Ini adalah kiasan untuk sentiasa mempertajam pengetahuan dan ketrampilan untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan dan ketrampilan teknis yang kita kuasai dibandingkan dengan tingkat kecanggihan dan kompleksitas ide kreatif yang akan diwujudkan. Untuk melakukannya perlu usaha keras selama bertahun tahun terutama jika kesenjangannya cukup jauh. Pembentukan team kerja dan penggunaan konsultan dapat membantu mengatasi kesenjangan yang takterjembatani namun perlu tambahan biaya.

Mengasah gergaji tersebut bukan baru dilakukan setelah ada ide, melainkan dilakukan terus-menerus untuk sebanyak mungkin bidang kerja yang sering melingkupi masalah-masalah yang kita minati untuk diteliti. Sebagai contoh, untuk eksperimenter teknologi tepat guna seperti saya, sebaiknya mempelajari mekanika, termofisika, termodinamika, elektronika, listrik dasar, logika, kimia dasar, ekonomi, komputer, gambar teknik, dsb. Jika tidak bisa menguasai sampai mendetail, setidaknya dasar-dasarnya. Adapun ketrampilan yang perlu dikuasai adalah semua skill yang berhubungan dengan pekerjaan kayu, logam, dan bangunan. Jika tidak bisa sampai mahir, setidaknya terampil.

TANGKAPLAH SESEGERA MUNGKIN IDE KREATIF ITU


Melek Realitas

23 April 2009

ORGANISASI:

WADAH MEWUJUDKAN ALAM MAYA JADI NYATA

Oleh: Amang Fathurrohman

Bersatu Kita Teguh

Bercerai ……”Kawin Lagi”

Baca entri selengkapnya »


merayu mimpi…… menjadi nyata

23 April 2009

Merangkai Bunga Mimpi

Rayulah aku, dan aku mungkin tak mempercayaimu

Kritiklah aku, dan aku mungkin tak menyukaimu

Acuhkan aku, dan aku mungkin tak memaafkanmu

Semangatilah aku, dan aku mungkin takkan melupakanmu

(William Arthur)

Baca entri selengkapnya »


Langkah Mudah menulis non fiksi

23 April 2009

Ada banyak peluang bagi seorang penulis lepas untuk mendapatkan penghasilan tambahan bila menulis non fiksi. Baik itu untuk menulis artikel di majalah, koran, atau mungkin menulis buku non-fiksi. Artikel yang bisa ditulis juga bermacam-macam, seperti resensi, artikel perjalanan, feature khusus, sampai berbagai tips-tips praktis. Namun tidak semua orang terbiasa menulis non fiksi. Di bawah ini adalah beberapa langkah mudah untuk menulis non fiksi, mulai dari ide sampai menghasilkan tulisan dalam waktu singkat.

1. Temukan ide
Pertama-tama Anda harus menemukan topik apa yang ingin Anda tulis. Dengan menentukan topik tertentu, berarti Anda sudah mengetahui apa saja yang ingin Anda sampaikan.

2. Lakukan riset
Setelah mendapatkan ide, saatnya Anda mencari bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan ide tersebut. Anda bisa mendapatkan materi tulisan dari catatan pengalaman atau riset yang Anda lakukan sendiri, referensi dari buku, majalah atau koran, atau dari internet.

3. Lakukan brainstorming
Setelah bahan atau materi referensi dirasa cukup, saatnya Anda mengambil sehelai kertas atau langsung mengetik di komputer ide apa saja yang ingin Anda tulis. Ketik semua ide yang muncul di kepala. Tidak perlu mengurutkan. Ide yang Anda ketik bisa berupa kata kunci, frasa , fakta, atau pertanyaan penting tentang topik tersebut.

4. Kelompokkan ide-ide tersebut
Setelah semua ide tersebut diketik, Anda dapat membaca ulang dan menyeleksi mana yang akan dipertahankan, dibuang atau direvisi. Setelah itu kelompokkan ide yang berkaitan dalam satu kelompok. Setiap kelompok merefleksikan satu pokok pikiran yang akan Anda tulis. Biasanya satu pokok pikiran ini akan menjadi satu bab bila Anda menulis dalam bentuk buku. Anda juga dapat memberi nama khusus untuk masing-masing pokok pikiran, yang akan menjadi judul bab.

5. Urutkan pokok-pokok pikiran tersebut
Setelah Anda mengelompokkan, urutkan semua pokok pikiran. Tentukan mana yang menjadi bagian pembuka, isi dan penutup. Di sini, seakan Anda membuat “daftar isi” dari naskah yang akan Anda tulis.

6. Cek kembali pokok pikiran tersebut
Baca kembali urutan pokok pikiran tersebut. Urutkan dan tambahkan keterangan tambahan untuk detail bila diperlukan. Bila pokok pikiran tersebut memerlukan data tambahan, lakukan riset lagi seperlunya.

7. Langkah terakhir, mulailah menulis
Berdasarkan catatan pokok pikiran tersebut, mulailah menulis. Buat transisi yang baik dari pokok pikiran yang satu ke pokok pikiran yang lain.

Demikian adalah beberapa langkah mudah untuk menulis karya non fiksi. Langkah ini bisa diterapkan untuk karya non fiksi apapun, termasuk karya ilmiah dan skripsi.